Sejarah Singkat

Awal Mula Pencetus Yayasan Mujahidin Pangkep

Bermula dari tahun 1967 sampai 1972, Anwar Alif muda penuh semangat, baru saja menyelesaikan studi Pendidikan Guru Agama PGA 6 tahun dan akan melanjutkan studi ke Pesantren Gontor, namun terhambat oleh kehendak lain orang tuanya untuk mencari guru di tanah bugis saja, hingga ditahun yang sama Ia lantas melanjutkan studi Pendidikan Tarjih, berguru langsung kepada KH Ahmad Marzuki Hasan, salah satu ulama muda kharismatik saat itu,  menjadi santri angkatan pertama di rumah beliau jalan Bandang Makassar, cikal bakal Pesantren Darul Istiqamah-Maccopa Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.

Setelah menyelesaikan studinya tahun 1975, Anwar alif mempersunting seorang gadis,  sama-sama mengenyam Pendidikan Tarjih, ia adalah Andi Darwisah yang ternyata Kakak kandung istri muda sang guru, Kiyai Marzuki. Mereka menjalin hubungan rumah tangga di Kabupaten Pinrang, mengabdi sebagai utusan guru dari Pendidikan Tarjih hingga tahun 1976, lalu kembali ke kampung halaman di Pangkajene Pangkep melanjutkan pengabdian sebagai guru dan da’i (ustadz). Setahun kemudian ia diminta Ormas Muhammadiyah Pangkep memimpin dan mengasuh Panti Asuhan Muhammadiyah Mattoangin (1977-1990), mengerahkan tenaga, pikiran, bahkan materi, mengantarkan Panti Asuhan Mattoangin menjadi organisasi sosial Orsos terbesar dan terbaik di Sulawesi Selatan (versi Depsos RI 1989). Beberapa pejabat menteri pernah berkunjung langsung, diantaranya Menteri Sosial dan Menteri Koperasi RI. Hal ini pula yang membuat dakwah dan perannya mulai dikenal luas masyarakat Sulawesi Selatan.

Sepak terjang Ustadz Anwar dan istri tersebut menjadi inspirasi banyak lembaga pendidikan di sulawesi selatan. Beberapa pondok pesantren ikut mendirikan orsos Panti Asuhan. Termasuk almamaternya Pendidikan Tarjih yang mulai pindah ke Maros dan berubah menjadi pesantren, juga mendirikan orsos Panti Asuhan. Dan yang paling berkesan adalah ketika Ustadz Anwar membantu kawan sekaligus kakak seperguruannya, Ustadz Abdul Jalil Tahir, mendirikan Panti Asuhan Khalijah Gombara, cikal bakal Pesantren Darul Aman Gombara Makassar.

Walau tak pernah mondok di Gontor, ia banyak bergaul dengan alumni Gontor dan membaca tulisan kiyai Gontor sehingga mempengaruhi cara pandangnya dalam membina orsos. Berkaca pada kisah kiyai Gontor itulah, dimana Gontor berpegang teguh pada prinsip “Berdiri di atas dan untuk semua golongan”, maka pada akhir tahun 1990 Ustadz Anwar undur diri sebagai pengasuh Panti Asuhan Muhammadiyah Mattoangin, oleh karena sejak awal berkiprah di masyarakat, ia memang bercita-cita ingin mendirikan yayasan sosial dan lembaga pendidikan yang mandiri, tidak berapiliasi ormas tertentu, seperti prinsip Gontor, dan untuk menghindari dikotomi salahkaprah pemahaman keislaman, antara berislam ala NU dan berislam ala Muhammadiyah, yang kala itu sedang hangat dipertentangkan di tengah masyarakat Pangkep.

Berdirinya Yayasan Mujahidin Pangkep

Keputusan dan tekad bulat tersebut membuat Ustadz Anwar dan istri mewakafkan semua harta benda yang dimiliki untuk mendirikan yayasan sosial sekaligus lembaga pendidikan sebagai wadah perjuangan, bermodalkan semangat dan materi seadanya tersebut ia kemudian berhasil mendirikan yayasan sosial, menumpang  di rumah kecil milik Qamaruddin Syam salah seorang sahabat dekatnya, kurang lebih selama 1 bulan, lalu pindah ke rumah kediaman Haji Haerong, tepat di depan Masjid Mujahidin Palampang, masjid terbesar kedua tengah kota Pangkep stelah Masjid Raya (Agung) Pangkep. Akhirnya pada awal tahun 1991 secara sederhana dan khidmat tercetuslah pendirian Yayasan Mujahidin Pangkep YMP, disamakan dengan nama masjid terbesar kedua tersebut. Harapannya adalah Ustadz Anwar dan istri bisa menjadikan masjid itu sebagai pusat pendidikan islam kota Pangkep. Walaupun belakangan rencana itu kandas, dan akhirnya yayasan yang digagas berdiri secara mandiri terpisah dari masjid. Maka kegiatan organisasi dipusatkan di kediaman Haji Haerong hingga beberapa tahun menjadi asrama sekaligus tempat belajar mengajar anak-anak asuhan yayasan.

Pada masa itu Ustadz Anwar dan istri hanya membina anak-anak dari sanak keluarga saja dan juga beberapa warga yang menitipkan anak anak mereka. Rupanya hal ini sangat membantu warga sekitar menyekolahkan anak mereka secara cuma cuma mendapat pembelajaran agama. Tidaklah sedikit tantangan yang dihadapi, mulai dari keterbatasan sandang pangan, hingga tempat tidur dengan alas seadanya pula. Situasi ini dihadapinya dengan sabar dan teguh beberapa tahun. Sampai akhirnya mendapat sambutan positif dan pengakuan dari pemerintah, yaitu tepat tanggal 11 Desember 1991 resmi berdiri Yayasan Mujahidin Pangkep YMP tercatat pada kantor notaris Sitske Limowa, SH. di Kota Ujung Pandang (Makassar).

Melihat animo warga sekitar yang antusias dengan pembelajaran dan pembinaan serba sederhana, dukungan dan kepercayaan masyarakat pun semakin meluas, tidak terkecuali dukungan tersebut datang dari kalangan pengusaha. Haji Abdul Hamid Yunus (Haji Mide) tokoh Muhammadiyah, dan pemilik rumah, Haji Haerong simpatisan DDI (NU), mereka ikhlas tulus membantu, merogoh kantong untuk donasi yang jumlahnya tidak sedikit. Haji Haerong mewakafkan ribuan truk timbunan, nantinya akan dimanfaatkan untuk menimbun tanah wakaf, dan juga wakaf 1 gedung Masjid yang kelak akan dibangun di atas tanah wakaf yayasan,. Begitu pula dengan Haji Mide menjadi salah satu penyumbang tanah wakaf seluas 1.300 . Tidak hanya dari warga Pangkep, bantuan juga mengalir dari warga sulawesi selatan, bahkan luar sulawesi.

Berdirinya Panti Asuhan Mujahidin

Berkat keikhlasan dan sumbangsih besar tersebut, Haji Haerong mendapatkan anugerah satya lencana dari Presiden RI kala itu disematkan oleh Menteri Sosial RI di Jakarta, menjadikan Yayasan Mujahidin Pangkep sebagai yayasan terbaik di sulawesi selatan kala itu, dan semakin dikenal luas. Hal ini pulalah yang membuat Ustadz Anwar memanfaatkan momentum tersebut untuk mendirikan dan meresmikan Panti Asuhan Mujahidin sebagai organisasi sosial pertama yang dinaungi yayasan. Dan hanya dalam hitungan beberapa hari, izin operasional pun diterbitkan Departemen Sosial. Tanpa berpikir panjang pula lantas Anwar Alif mendaulat Haji Haerong menjadi Ketua seumur hidup Panti Asuhan Mujahidin (1991-2006). Adapun ketua yayasan, Ustadz Anwar mendaulat Haji Mide sebagai ketua hingga beliau menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 4 Juni 2006. Lagi-lagi Ustadz Anwar kembali meminta kesediaan Haji Haerong memimpin yayasan disisa umurnya hingga beliau wafat tanggal 4 September 2013, dan Andi Darwisah memimpin Panti Asuhan Mujahidin (2006-sekarang).

Pembebasan Tanah Wakaf

Peran penting sang istri tahun 1991, Andi Darwisah, ditemani sahabat dekatnya Haliyah Page, istri Qamaruddin Syam, menggalang dana dari pintu ke pintu rumah warga selama sebulan, ternyata mendapat respon luar biasa dari keluarga dan warga Pangkep. Berpegang pada prinsip uswah hasanah, Ustadz Anwar memulai sendiri menjadi pewakaf pertama memberi kontribusi patungan seluas 400 tanah sawah. Langkah itu kemudian memantik simpati warga lain hingga puluhan orang datang membawa patungan dana, tidak mau ketinggalan pahala jariyah, Haji Abdul Hamid ikut berwakaf seluas 1.000 m² diikuti Haji Haerong mewakafkan timbunan 1.200 truk. Hanya dalam waktu sebulan saja, Andi Darwisah telah berhasil menggalang dana sebesar 12 juta rupiah, cukup untuk membebaskan sawah seluas 7.600 m², yaitu milik Haji Baharuddin 1.800 m² dan Haji Badji 5.800 m² berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 81/PJ-PK/III/1993 di jalan poros Pangkajene Bungoro.

Boleh dibilang harga tersebut ditebus dengan harga yang sepadan, sebab menurut kepercayaan warga sekitar, lokasi tersebut angker, dan menjadi tempat mangkal perampok kendaraan yang melintas. Oleh Ustadz Anwar berhasil merubah anggapan keliru warga, bahkan tak jarang ia sempatkan datang di tengah malam khusus untuk shalat sunnah di pematang sawah, memanjatkan doa agar cita-cita besarnya dikabulkan Allah SWT bahwa kelak di tanah angker itu akan berdiri gedung tempat bernaung anak-anak penghafal Qur’an menuntut ilmu. Kini tanah angker itu berada tepat di tengah Kota Pangkep, di deretan gedung dan ruko-ruko perkantoran elit kota Pangkep.

Klik di sini untuk melihat DAFTAR PENYUMBANG TANAH WAKAF

Pada tahun 2001 yayasan mendapatkan dana segar sebesar 25 juta rupiah dari pembayaran sewa kontrak 10 tahun lokasi menara tower telekomunikasi dari salah satu provider terkemuka yang menyewa tanah yayasan, membuat pengurus yayasan kala itu berinisiatif memperluas tanah wakaf. Ibu Andi Darwisah kembali menginisiasi penggalangan dana dari kalangan pengurus dan simpatisan yayasan, donatur terbesar kali ini datang dari pengusaha asal Gorontalo sulawesi tengah, Haji Abdul Azis menyumbang sebesar 5 juta rupiah hingga terkumpul dana wakaf sebesar 49,5 juta rupiah. Akhirnya yayasan kembali membebaskan lahan di area belakang kampus berupa sawah seluas 6.100 m² milik Nur Wilda berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 59/PJ-KP/V/2003 sehingga total luas tanah wakaf yayasan hingga saat ini adalah sekitar 13.700 m².

Madrasah dan Pondok Pesantren Mujahidin

Sejak awal berdirinya Yayasan Mujahidin Pangkep mengambil peran penting dalam kegiatan dakwah dan sosial, serta berdedikasi tinggi pada kegiatan pendidikan dan pengajaran, khususnya pembelajaran agama, menjadikannya mulai dilirik oleh pemerintah, dimana Bupati Pangkep memandang bahwa usaha tersebut patut diapresiasi. Bahkan tidak jarang pada banyak pertemuan, Bupati Pangkep sering menyebut Pondok Pesantren yang semestinya adalah Panti Asuhan. Hal ini menjadi pemicu Ustadz Anwar ingin segera mewujudkan cita-cita mendirikan pesantren.

Niat baik ini pun akhirnya berbuah manis, yaitu tepat pada tanggal 30 April 1993, Bapak Bupati H. A. Baso Amirullah langsung mendatangi lokasi wakaf yayasan yang kala itu masih dalam tahap pembangunan, meminta kepada instansi terkait untuk segera menerbitkan izin operasional. Beliau juga secara langsung mendeklarasikan pendirian Pondok Pesantren Mujahidin yang dihadiri oleh para pewakaf dan warga Pangkep. Pada hari yang sama pula secara resmi dinyatakan berdirinya Madrasah Tsanawiyah MTs PP Mujahidin, walaupun dengan ruang belajar dan asrama yang belum rampung dan fasilitas pembelajaran seadanya, namun tidak menyurutkan semangat murid-murid kala itu untuk belajar dan mengaji, sambil sesekali mereka rela menjadi kuli membantu tukang menyelesaikan satu persatu ruang-ruang tempat tinggal sekaligus tempat belajar mereka.

Dengan sumber dana seadanya, yaitu hanya mengandalkan uluran tangan donasi dari warga yang bersimpati, namun dengan tekad kuat, di tahun ke 3 setelah berdirinya MTs dan Pondok Pesantren, akhirnya pada tahun 1996 Ustadz Anwar lanjut mendirikan Madrasah Aliyah MAS PP Mujahidin agar murid-murid yang telah tamat dari MTs dapat melanjutkan studinya secara cuma-cuma. Hal ini mendapat respon yang baik dari Departemen Agama Kabupaten Pangkep (sekarang Kemenag) dan dalam waktu singkat pemerintah telah menerbitkan izin operasional MAS PP Mujahidin. Adapun untuk pelaksanaan ujian nasional (EBTANAS Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) bagi murid-murid kelas 3 MTs dan MA terpaksa harus menginduk ke sekolah negeri terdekat karena beberapan fasilitas yang dimiliki yayasan belum memenuhi syarat. Ini berlangsung cukup lama hingga tahun 2015 ketika untuk pertama kali dalam sejarah MTs dan MA PP Mujahidin berhasil mendapatkan akreditasi sebagai syarat mutlak dapat melaksanakan ujian nasional secara mandiri dan sekaligus menerbitkan ijazah atas nama madrasah Pondok Pesantren Mujahidin.

Sejak awal berdirinya MTs dan MA mengalami banyak kendala, salah satunya adalah keterbatasan SDM, membuat Ustadz Anwar dan istri harus rela rangkap tugas, disamping menjadi penggerak roda organisasi yayasan, juga harus mengisi formasi sebagai pimpinan pondok pesantren sekaligus menjabat kepala MTs (1993-2015) dan Ibu Andi Darwisah kepala MA (1996-2015), bahkan beliau sampai harus mencari alternatif tenaga pendidik dari relawan pendidik di berbagai tempat dalam maupun luar Pangkep. Alhasil yayasan mendapat beberapa tenaga fresh muda lulusan Pesantren Gontor, salah satunya Ustadz muda Ahmad Nurhadi yang kemudian dijadikan menantu dan wakaf sebagai pengurus yayasan hingga sekarang.

Eksistensi Pondok Pesantren Mujahidin

Sadar akan kelangsungan amal jariyah ini, dan akan pentingnya kaderisasi, Ustadz Anwar mengirim delapan putra putrinya yang masih usia belia harus rela berpisah orang tua menuntut ilmu, salah satunya ke Pesantren Gontor Jawa Timur. Seiring waktu perjalanan yayasan mengalami kemajuan khususnya sepulang putra putri beliau dari masa pendidikannya di Gontor, berbagai prestasi diraih mulai tingkat lokal kabupaten, propinsi hingga nasional, antara lain para santri berhasil menyabet juara MTQ Kabupaten sampai pada prestasi Juara Nasional Lomba Anak Soleh di Jakarta.

Tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi ditandai tumbangnya rezim pemerintahan orde baru oleh demo besar-besaran mahasiwa dan rakyat di hampir seluruh penjuru Indonesia setelah 32 tahun berkuasa. Hal ini berdampak pada tingginya biaya hidup, harga bahan pokok melambung tinggi dan terjadi kelangkaan bahan makanan, sampai pada pemberhentian semua bantuan pemerintah pada panti panti sosial dan pondok pesantren, membuat Yayasan Mujahidin terpaksa harus memulangkan sebagian santri karena tidak dapat memenuhi hajat dasarnya. Sampai beberapa tahun selanjutnya Pesantren Mujahidin tidak mampu bersaing dengan sekolah sekolah negeri yang mendapat gelontoran dana besar dampak kebijakan pendidikan gratis yang diundang-undangkan pemerintahan baru pasca reformasi. Kondisi ini diperparah minimnya minat masyarakat memasukkan anaknya pendidikan agama yang berlatar panti asuhan. Tercatat pada tahun 2013 Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Pesantren Mujahidin hanya menampung 30 santri saja, jauh dari ketentuan batas minimum sekolah dapat dinyatakan layak  beroperasi.

Transformasi PWQ

Spirit pantang menyerah Ustadz Anwar dan istri lantas merubah strategi yayasan dengan melakukan transformasi besar-besaran, menyesuaikan peraturan perundang-undangan yang baru dan perkembangan kebutuhan masyarakat, serta perkembangan dunia pendidikan. Maka tepat pada milad yayasan yang ke 25 tahun 2016, tepatnya pada tanggal 30 April 2016 Pondok Pesantren Mujahidin bertransformasi menjadi Pesantren Wisata Al-Qur’an PWQ mulai dari perubahan manajemen yayasan sampai pada perubahan sistem pendidikannya, dari pendidikan convensional menjadi pendidikan modern berbasis Hybrid Learning System menggabungkan kurikulum nasional dengan kurikulum dirasah islamiyyah dan kurikulum Gontor, dimana dalam proses belajar mengajar para santri dan guru menggunakan gadget Google Chromebook platform dari GFE Google For Education yang membantu memberikan keleluasan inforamasi yang dapat diakses oleh para santri. Tidak hanya itu, perubahan yang sama juga terjadi pada metode tahfidz Qur’an, dimana santri dapat menyelesaikan hafalan 30 juz dalam jangka waktu tertentu dan sesuai targetnya.

Dan demi menjawab tantangan zaman digitalisasi ini, PWQ telah bekerjasama dengan Google For Education sejak tahun 2020 dimana aktivitas belajar mengajar didukung oleh gawai sebagai perangkat penyedia ilmu dan informasi. Hal ini diterapkan pada lingkungan pesantren untuk menjawab tantangan kompetensi dan kecakapan sumber daya manusia. Situasi ini memberikan pembelajaran yang termodereniisasi dan sekaligus dapat menjawab stikma negatif akan pesantren kumuh dan tertinggal dengan lembaga pendidikan lainnya.

PWQ kini telah menjelma menjadi salah satu pesantren tahfidz terbaik di Sulawesi Selatan yang terdaftar secara resmi di Kemenag RI sejak 2016 dan menyandang Akreditasi A untuk pendidikan formalnya yaitu Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, bersertifikat SRA (Sekolah Ramah Anak), dan beberapa tahun terakhir ini telah berhasil mengantarkan santri santrinya meraih prestasi terbaiknya, diantaranya Juara 1 MIPA ajang KSM Kompetisi Sains Madrasah tingkat Kabupaten dan Propinsi, dan pada Oktober 2023 Juara 3 Nasional Santri Digitalpreneur Indonesia SDI berhasil diraih santri awak media PWQtv, dan prestasi lainnya bidang tahfidz, olahraga, dan kesenian.

Transformasi LKSA Mujahidin

Pada tahun 2017 perubahan besar juga terjadi pada lembaga sosial Panti Asuhan Mujahidin berubah menjadi LKSA Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang baru, LKSA sebagai wadah menampung anak-anak yatim dhuafa, mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak, melalui program beasiswa yayasan yang diterima dari LAZISWAF PWQ dan disalurkan kepada santri yatim dan dhuafa berprestasi yang mondok di PWQ secara cuma cuma. Kesemuanya itu dilakukan untuk mendapatkan kualitas pembelajaran guna pembentukan karakter dan akhlaq mulia serta kecerdasan intelektual yang bertanggungjawab.

Transformasi LKSA tersebut berhasil meraih predikat Organisasi Sosial Terbaik Akreditasi A dari Badan Akreditasi Orsos Nasional. Bahkan ia menjadi satu-satunya LKSA (Panti Asuhan) yang terakreditasi di Kabupaten Pangkep. LKSA Mujahidin juga berhasil membawa nama harum kabupaten meraih predikat daerah dengan orsos terbaik dan terbersih tahun 2023 dari Kementerian Sosial dan Kementerian Dalam Negeri RI.

Kini LKSA Mujahidin tengah mengembangkan perannya, tidak hanya menjadi penyalur beasiswa bagi santri yatim dhuafa yang sedang mondok di PWQ, namun juga lebih jauh akan bekerjasama dengan lembaga-lembaga sosial lainnya dan penyandang dana sosial skala nasional, untuk lebih menyebarluaskan penyaluran beasiswa kepada warga miskin lainnya, baik dalam maupun luar Pangkep. Dan untuk memperkuat peran tersebut, Yayasan Mujahidin mengembangkan penggalangan donasi berbasis online yaitu dengan meluncurkan program Klik Donasi, dimana memudahkan muzakki dalam bertransakasi dan sekaligus dapat memantau penerimaan dan penyaluran donasi melalui website tersebut. Pelayanan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kepercayaan publik terhadap program donasi online yang digagas yayasan agar lebih kredibel dan akuntabel.

YAYASAN BADAN WAKAF MUJAHIDIN YBWM

Transformasi kelembagaan ini tidak hanya terjadi pada PWQ dan LKSA, melainkan juga pada Yayasan Mujahidin Pangkep berubah menjadi Yayasan Badan Wakaf Mujahidin YBWM. Berkaca pada Badan Wakaf Gontor, Ikhtiyar ini ssejatinya sudah sejak lama dicita-citakan Ustadz Anwar, namun baru dapat terwujud saat momentum Ramadhan tahun 2023 bertempat di kediaman salah satu pengurus yayasan, H.M. Ilyas Haerong, Anak Almarhum Haji Haerong, terpilih menjadi ketua yayasan secara aklamasi oleh Rapat Dewan Pembina Yayasan yang dipimpin Ustadz Anwar. Hadir dalam rapat tersebut seluruh anggota Dewan Pembina Yayasan yaitu keluarga Ustadz Anwar Alif, perwakilan keluarga almarhum Haji Abd Hamid Yunus, perwakilan keluarga almarhum Haji Haerong, dan turut hadir Haji M Ramli HT, Haji Qamaruddin Syam, dan Ustadz Achmad Nurhadi, Pimpinan Pesantren At Tibyan Sukabumi Jawa Barat yang hadir atas undangan dewan pembina yayasan sekaligus dimufakati jabatannya sebagai dewan pembina YBWM.

Terbentuknya YBWM diharapkan akan memberikan dampak besar bagi perkembangan yayasan, terutama dalam hal manajemen pengembangan dan pengelolaan yayasan, dimana YBWM akan diserahterimakan dari Pembina yayasan lama kepada Dewan Pembina YBWM untuk diserahkan sebagai WAKAF kepada masyarakat muslim Pangkep dan masyarakat muslim Indonesia pada umumnya. Ikhtiyar ini rencananya akan dideklarasikan tepat pada milad yayasan yang ke 33 tanggal 11 Desember 2024. Insya Allah Ta’ala.

Berkhidmat untuk Indonesia
Melahirkan Generasi Qur'ani

Sebagai lembaga pendidikan melahirkan kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah thalabul ilmi; membentuk generasi yang berakhlak mulia, kreatif, mandiri, kompetitif, cakap dalam teknologi, dan berwawasan global.